Memutuskan untuk menyebarkan tulisan-tulisan dulu yang cuma mengendap di laptop. Ini ditulis dulu, ditulis dengan otakku yang dulu, kalau ada yang salah-salah, dimaafin aja ya anggep aja lagi lebaran.
SURAT
CINTA UNTUK IBU
Lonceng
untuk Ibu
Bogor, 15 November 2014
Assalamualaikum Wr. Wb
Halo Ibu, apakah tepat jika aku
mengucapkan selamat pagi? Atau lebih tepat selamat malam, selamat siang, atau
selamat sore? Aku tak tahu Ibu. Aku percayakan suratku pada Pak Pos berbadan
gembul yang terkejut ketika aku menuliskan alamat yang sama pada alamat penulis
dan penerima surat. “Aneh banget kamu ngirim surat ke rumah sendiri!” Ujar Pak
Pos seraya perutnya yang buncit bergoyang-goyang tak karuan.
Ibu yang akan berulangtahun 2
Desember nanti. Apakah kau tahu bahwa saat aku kecil aku kesulitan membedakan 2
Desember dengan 22 Desember? Bagiku, keduanya adalah hari Ibu. Setiap tahun
otakku berputar untuk mengingat tanggal ulangtahunmu. Aku takut salah memberi
ucapan. Aku takut kelupaanku pada hari ulangtahunmu akan membuatmu tak
menganggap aku sebagai anakmu lagi.
Saat ini aku sudah beranjak dewasa
Bu, aku sudah bisa membedakan 2 Desember dengan 22 Desember, umurku sudah 19
tahun. Ah, rasanya aku ingin melupakan angka itu! Tahun depan aku akan
berkepala dua Bu, bagaimana jika aku tidak mau? Aku ingin menjadi gadis kecil
yang dikepang rambutnya setiap pagi, sebelum jemputan mengklakson kencang di
depan rumah.
Bu, selama ini aku kira Ibu yang
jahat, Ibu yang tidak peduli dengan anaknya, hanya ada di sinetron, karena aku memilki Ibu
yang super baik yang selalu ada di rumah menemaniku sarapan sambil mengepang
rambutku dan menyambutku dengan riang saat aku pulang dari sekolah, berbau
matahari. Sekarang diriku yang sudah kuliah ini bertemu banyak orang dengan
latar belakang berbeda Bu, dengan tipe Ibu yang berbeda, dan aku sadar bahwa
Ibu-ibu yang ada di sinetron itu nyata. Aku mulai berpikir bahwa sinetron itu
meniru realitas yang ada Bu, bukannya membentuk realitas baru. Ah, kenapa aku
jadi membicarakan sinetron? Mata kuliah Pengantar Kajian Media mungkin telah
mempengaruhi cara kerja otakku.
Iya Ibu, aku tahu, aku mengerti
Ibuku yang merupakan ibu rumah tangga tidak mengerti apa itu kelas Pengantar
Kajian Media, Filsafat Komunikasi, atau Teori Komunikasi, yang Ibu mengerti
adalah pelajaranku saat SD. Masih ingatkah Bu?
Setiap ulangan semester aku meminta
Ibu untuk menemaniku belajar, Ibu bertanya dan aku menjawab. Riang nian wajahku
jika jawabanku benar, pertanda aku berhasil mengingat pelajaran yang akan diuji
besok. Hal tersebut berlaku untuk pelajaran hapalan seperti IPA dan IPS. Lain
lagi untuk pelajaran berhitung, Matematika.
“Ting ting ting ting ting!” Lonceng
kecil berbunyi, membuatku berlari bagai domba dipanggil sang penggembala. “Ting
ting ting!” Iya Ibu aku sedang berlari menuju kesana. Bunyi lonceng adalah
panggilan yang menandakan kertas-kertas putih sudah tidak kosong lagi. Kertas
tersebut sudah penuh dengan soal-soal Matematika sesuai dengan bahan ulangan
besok.
Ibu adalah sosok setia yang
membuatkanku berpuluh-puluh soal latihan Matematika agar aku bisa lancar
mengerjakan ulangan besok. Ibu adalah pembunyi lonceng yang setia berperan
memanggilku. “Ting ting ting ting ting!” bagaikan suara lembut Ibu yang
memanggilku, memintaku belajar tanpa paksaan, tanpa tekanan.
Saat ini aku sudah kuliah, tidak ada
lagi bunyi lonceng yang memanggilku. Ulangan semester bertransisi menjadi ujian
akhir semester yang berisi banyak teori, banyak konsep, dan banyak gagasan.
Kertas putih akan tetap kosong, jika aku tidak menyentuhnya untuk membuat
rangkuman sendiri. Tidak ada lagi tanganmu yang mengisi kekosongan kertas hvs
dengan soal-soal singkat.
Ibu, saat ini biarkan aku menjadi
penerang dalam gelapmu. Sudah cukup waktumu menjadi pembunyi lonceng yang
menuntunku menjalani tantangan hidup, ulangan di akhir semester. Ibu yang
semakin tua di setiap tanggal 2 Desember. Anakmu yang beranjak dewasa menolak
lupa lupa Bu, bahwa saat aku beranjak dewasa, Ibu pun menua. Maka Ibu, biarkan
aku menjadi pembunyi loncengmu sekarang, dan selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar